Selasa, 03 April 2012

Habib Ali bin Husein Al-Atthos (Habib Ali Bungur)


Radio dan pers Indonesia sejak tanggal 16 dan 17 Februari 1976, terus mengumandangkan berita duka cita atas berpulangnya ke Rahmatullah Ulama Besar Indonesia, Habib Ali bin Husen Al-Athas dalam usia 88 tahun, almarhum wafat pada tanggal 16-2-1976 jam 06.10 pagi. Kontan berbagai penerbitan memberitakan headlines, dan beberapa harian antara lain: Merdeka, Berita Buana, Kompas, Pos Kota, Pelita, Kantor Berita ANTARA secara nasional memberikan pemberitaan ditempat terhormat. Sementara itu radio-radio Asy-Syafi’iyyah, At-Tahyriah serta Cendrawasih setiap 15 menit memberikan kabar dukacita ini diselingi pengajian-pengajian Al-Quran.

Kantor Berita Antara mewartakan pada tanggal 16-2-1976, bahwa ribuan pengikut Almarhum yang mendengar berita wafatnya Habib Ali bin Husin mendatangai kediamannya untuk memberikan penghormatan terakhir. Sedangkan upacara penguburan tanggal 17 Februari 1976, di Kramat Jati, Cililitan, ratusan ribu rakyat mengantarkan ulama besat itu ketempat peristirahatannya yang terakhir. Upacara penguburan dipimpin resmi oleh ketua DPR/MPR Dr.Idham Khalid, serta dihadiri oleh puluhan ulama dan pemimpin Rakyat serta pejabat negara dai Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Pembacaan talqin menurut harian “Pelita” dibacakan oleh ulama Jawa Tengah, Habib Ali bin Ahmad Al-Attas.


Sedikit tentang Almarhum
Habib Ali bin Husin Al-Attas lebih dikenal sebagai Habib Ali Cikini ini, karena almarhum lama sekali menetap di Cikini dikampung bersama-sama rakyat jelata. Setiap orang yang mengenal Habib Ali Cikini ini, pasti ia akan selalu berkata, hidupnya sederhana, tawadhu’, tidak pernah menyakiti sesama manusia, teguh memegang prinsip, menolak pengkultusan manusia, berani membela kebenaran, luas dalam pemikiran, mendalam dibidang ilmu pengetahuan, tidak membeda-bedakan kaya dan miskin, khushu ibadahnya, mendorong terbentuknya nasion Indonesia yang bersatu dan utuh serta homogeen, tidak segan-segan mengkoreksi pembesar dan selalu memberi petunjuk-petunjuk kepada yang dianggap perlu. Tepat ulassan Radio ‘Asy-Syafiiyah’ yang mengatakan: telah berpulanglah ke Rahmatullah seorang Ulama Besar, seorang Warasatul Anbiayang mempunyai sifat-sifat dan sikap ke-agungan.

Almarhum Habib Ali bin Husin Al-Attas semasa hidupnya tak pernah berhenti memberikan pengajaran kepada Muslimin. Berjubah dan serban serta selempang hijau (radi). Habib Ali Cikini selalu naik beca atau kendaraan umum, karena sikap beliau yang ingin berdiri diatas kaki sendiri. Sering diantara murid-muridnya memaksa beliau untuk menaiki mobilnya karena beca telah sukar dan melihat imir Habib tadi sudah lanjut. Haji Abu Bakar Aceh, anggota MPR, secara tepat menyatakan bahwa Almarhum Habib Ali bin Husin Al-Attas telah memanifescasikan sikap hidup keluarga Ahlel Bait, yakni menunjukkan sikap ke-rakyatan, tidak berlebihan dan dicintai Rakyat semuanya.

Memang setelah kami lihat rumah kediamannya di Bungur, Jakarta, melelehkan air mata saya. Saya melihat jenazah Almarhum sedang dibaringkan dibawah langit-langit (plafond) yang serba bocor. Perabot rumah tangga hanyalah bale-bale dan beberapa permadani yang tergelar untuk tamu para tamu. Seraya mendengarkan pengajian dan pembacaan Al-Qur’an, ribuan Rakyat satu persatu mendatangi Almarhum, membacakan Fatihah, Surat Yasin serta Tahlil. Saya memandang jenazah Almarhum, melihat keadaan sekelilingnya, melihat rumah kecil serta terbayangkanlah kebesaran ulama Islam ini, dimana beliau tidak tertarik pada tarikan-tarikan duniawi tidak terpengaruh oleh semaraknya kebendaan, tidak terseret arusnya kemegahan, karena beliau melanjutkan sikap Imam Ali bin Abi Thalib a.s yang meletakkan dunia ditangan dan bukan meletakkan dihati.
Terbayang pada saya betapa hebatnya Habib Ali bin Husin yang tak pernah menadah tangannya pada orang-orang kaya harta, sebab Almarhum adalah kaya hati yang tak mau meletakkan tangannya dibawah, kecuali hanya pada mendoa pada Allah SWT.

Anti Penjajah
Penjajah adalah jahat, kafir dan wajib diperangi, demikian Habib Ali bin Husin Al-Athas selalu menganjurkan pada pengikutnya dalam menghadapi penjajahan Belanda.
Dalam memberikan ulasan-ulasan keagamaan, almarhum selalu mengobarkan semangat anti penjajah dn membawakan ayat-ayat Al-Quran serta hadits Nabi saw. Yang menganjurkan perang melawan penjajahan. Demikian pula sikap terhadap komunis Habib Ali selalu gigih.

Disaat kuatnya PKI, beliau selalu bilang bahwa PKI dan Komunis akan lenyap dari bumi Indonesia dan rakyat selalu melawan kekuatan atheis. Ini berkah perjuangan para leluhur, ulama-ulama, dn par wali yang jasadnya bertebaran diseluruh Nusantara” demikian kata-kata almarhum selama hidupnya sebelum pra G30S/PKI. Maka tepatlah kata-kata ketua Organisasi Islam Internasional, KH. Ahmad Syaikhu pada pidato ta’ziah dikediaman almarhum pada tanggal 16 Februari 1972 beliau berkata :
“Habib Ali bin Husen Al-Athas selalu berada bersama-sama kita dan memberikan inspirasi disaat-saat kritis”

Kehilangan Pelita
KH. Dr. Idham Khalid secara resmi atas nama Rakyat Indonesia menyataka dukacita atas wafatnnya Habib Ali bin Husin Al-Athas. Ketua DPR/MPR itu berkata : “Meninggalnya Habib Ali bin Husen Al-Athas bagi umat islam merupakan kehilangan Pelita yang sanggup menerangi kepulauan Nusantara”. Kita telah kehilangan seorang yang besar dan yang berpengetahuan luas. Selama 56 tahun Habib Ali bin Husen tak pernah meninggalkan perjuangannya dan tak pernah menonjol-nonjolkan diri bahwa ia seorang yang pandai. Saya sering kali ditegur akan kesalahan-kesalahan saya dan almarhum memberi jalan keluar serta nasehat-nasehat. “Demikian sambutan ketua DPR/MPR yang mengharapkan agar para murid-murid dari almarhum Habib Ali bin Husin terus melanjutkan dan mengamalkan petunjuk-petunjuk almarhum.

Ulama Besar dari Jawa Timur, Habib Abdullah Bilfagih, menyatakan bahwa almarhum Habib Ali bin Husin adalah pemimipin rohani Islam yang sangat mempunyai wibawa kuat dan secara luas ditaati Muslimin, memperaktekkan azaz-azaz Islam. ,,Ulama Besar dari Mekah, Sayyid Hasan Fad’aq, menulis kepada saya, “demikian Habib Abdullah bilfagih”, dimana dinyatakan bahwa Habib Ali bin Husin Al-Athas adalah Qutub, besar pada zamannya, diseluruh Indonesia. Beliau selalu tekun membaca Al-Qur’an, berani menegur pembesar-pembesar yang mendatanginya dan selalu mengajarkannya agar jurang antara pemimpin rakyat dihilangkan, Rakyat mesti dicintai, dan inilah sebabnya maka Rakyat mencintai Habib Ali bin Husin Al-Athas.”

Ulama Besar Jawa Timur, Habib Muhdar Al-Muhdar, putra dari ulama besar almarhum Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdar dari Bondowoso, Jawa Tinur, yang mempunyai jutaan pengikut, terutama dikalangan Madura berkata:

“Meninggalnya almarhum Habib Ali bin Husin Al-Athas, adalah kehilangan besar bagi Indonesia. Perjuangan almarhum yang berlandaskan kerakyatan, kesederhanaan serta mempraktekkan norma-norma Islam dalam kehidupan sehari-hari selalu menjadi tauladan baik bagi ummat. Almarhum tak pernah muram apabila dihadapkan pada malapetaka, tetapi tawakkal pada Alah SWT. Uang, harta dan kekayaan tak pernah mengiurkan almarhum, itulah sebabnya, mengapa almarhum hidup dalam keadaan lebih daripada sederhana.
Almarum disamping merupakan pimpinan rohani Islam adalah juga pemimpin dari jutaan Rakyat. Almarhum selalu menghibur dan menjadikan Rakyat optimis, karena Islam mengajarkan bahwa mahkluk yang paling dicintai Allah SWT, adalah dia yang dicintai Rakyatnya.”

Ulama besar Jawa Timur itu, Habib Muhdar Al-Muhdar selanjutnya menyatakan bahwa mempraktekkan petunjuk-petunjuk Habib Ali bin Husin almarhum adalah membebaskan Rakyat dari penderitaan, dengan Islam mengajak Ummat dari kegelapan pada cahaya nur yang terang dari taraf kemiskinan kepada taraf keadilan dan kemakmuran. Menambah Habib Muhdar Al-muhdar :

“Habib Ali bin Husin benar-benar mempraktekan sikap seorang Muslim. Beliau sebagai pemimpin Islam hidup lebih dari sederhana atau setengah melarat, tetapi mengajurkan pengikutnya dan Rakyat hidup serba cukup.”

Ulama Muhammadiyah, H Abu bakar Aceh menambahkan:

“Apabila mencintai Habib Ali bin Husin, maka pengikutnya harus melanjutkan perjuangannya. Bagi saya, beliau adalah guru saya, kecintaan saya dan saya banyak sekali berhubungan dengan beliau.”

PERS
Tulis  Antara (16-2-1976) :
“Almarhum Habib Ali bin Husin Al-Athas adalah guru dari beberapa lembaga Ilmiah, Majlis Ta’lim dan perguruan-perguruan Agama. Almarhum adalah ahli dalam bidang fiqih, falsafah, tassauuf, dan perbandingan mazhab. Selam hidupnya almarhum telah mengabdikan diri untuk perjuangan agama, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di Malaysia dan Singapura. Murid-murid almarhum tersebar dinusantara, a.l. ketua DPR/MPR Dr. Idham Khalid. K.H. Abdullah Syafii, ketua dari perguruan tinggi “Asy-Syafiiyah”, KHS Muhammad Al-Habsy ketua dari Islamic Center Indonesia, K.H. Tohir Rohili ketua dari “Attahiriyah”.

Harian Merdeka pada tanggal 17 feb 1976 menulis :
“Ulama Besar Indonesia telah berpulang ke Rahmatullah, Habib Ali bin Husin.”

Harian Pelita (18-2-1976) menulis :
“Sejak senin yang lalu ummat Islam tercekam rasa duka dengan wafatnya seorang Ulama Besar, mahaguru kaum Muslimin Indonesia, Habib Ali bin Huasin Al-Athas.”


Harapan.
Almarhum Habib Ali bin Husin Al-Athas Ulama Besar Indonesia telah berpulang ke Rahmatullah. Beliau telah menunaikan mission-nya, tugasnya, telah mengamalkan dan mewakafkan dirinya untuk perjuangan Islam. Kini kita ditinggalkan, berkewajiban meneruskan perjuangan almarhum, meninggikan Syiar-syiar Islam, meluaskan pengetahuan Islam sebagaimana almarhum juga, sehingga dibidang fiqih almarhum menguasai fiqih-fiqih Syafii, Ja’fari, Maliki, Hanafi dan Hambali. Dengan memperdalam ilmu dan mempraktekan amal. Kita akan berbuat semuanya yang diridhai Allah SWT.

Ummat Islam Indonesia menaruh kepercayaan dan harapan agar cucu dari almarhum Habib Ali bin Husin, yaitu Habib Muhammad bin Husin bin Saleh meneruskan garis perjuangan almarhum. Bersama Ummat Islam Indonesia, maka dipercayakan kepada Habib Muhammad bin Husin Al-Athas tugas yang Mulia melanjutkan kepemimpinan, untuk meninggikan Syiar Islam, yang di-Ridhoi Allah SWT serta diberkahi Rasulullah SAW serta Ahlil-Bait-Nya


Berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, Orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (QS. Al A’laa [87] : 9-11)
Jika riwayat hidup kaum arifin dibacakan kepada orang yang beriman, maka imannya kepada Allah akan semakin kokoh. Sebab kehidupan mereka merupakan cerminan dari kitabullah yang di dalamnya terkandung ilmu orang-orang terdahulu dan yang akan datang kemudian… Habib ‘Ali Al Habsyi …