Jumat, 06 April 2012

Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Syahab (`Ainu Tarim)

Habib Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Syahab (`Ainu Tarim)

Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Syahab adalah seorang yang sangat alim, berwibawa dan tawadhu dan Beliau termasuk A’yanil bilad Tariem (Tokoh-tokoh Habaib Tarim). Beliau juga lah yang sering dijuluki Sang “Ainu Tariem” – Matanya Kota Tarim al Ghanna

Usia Beliau sekitar 70-an, putra dari Al-Allamah Habib Muhammad, dan cucu dari Al-Allamah Habib Alwi bin Abdullah bin Shahabuddin, Beliau dipercaya telah mencapai maqam atau tingkatan yang sangat tinggi sebagai seorang sufi. Seperti juga ayah, kakek, serta kakeknya, beliau termasuk orang yang dekat dan begitu cinta kepada Rasulullah saw. Sehingga tak ada tindakan-tindakannya yang tidak mengacu pada perilaku Nabi saw. Beliau sering diundang ke Indonesia, melalui para ulama dan habaib, dan jawaban Beliau selalu;” Saya menunggu perintah saja!’. ( Maksud dari perkataan Beliau ialah menunggu perintah dari ROSULULLAH SAW secara langsung ), karena beliau sering berdialog dengan baginda Rasul Saw.

Beliau biasanya didatangi oleh para ulama yang hendak bepergian berdakwah ke luar negeri untuk minta izin, berpamitan dan memohon doa’ restu. Tak kurang, Habib Umar bin Hafidz, pemimpin Darul Mustafa, Tarim, yang mencetak ulama-ulama muda di berbagai negeri, tak bisa tidak, selalu mencium tangan Habib Abdullah sebelum keliling mengunjungi anak muridnya. Jangan harap guru besar ini beranjak sebelum mendapat anggukan kepala Habib Abdullah.

Para ulama dan peziarah, khususnya dari Indonesia, juga belum merasa mantap keliling Hadramaut sebelum mendengarkan kalam dan doa’ Habib Abdullah. Setidaknya mencoba menikmati senyum sang habib dan menerima suguhan teh atau kopi dari rumahnya yang dianggap penuh berkah. Habib Umar bin Hafidz tak mau menyentuh gelas kopi yang disuguhkan; ia hanya mau minum dari sisa minuman di gelas habib yang sangat dimuliakannya itu.

Dimana ketika dijumpai di suatu majelis yang dihadiri oleh habaib Tarim seperti Al Habib Abdullah bin Shahab (Ainu Tariem), Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri, Al Habib Masyhur bin Hafidz, Al Habib Umar bin Hafidz dan yang lainnya, kesemuanya merupakan permata nan indah dari Kota Tarim. Yang kemudian ketika waktu memberikan tausiyah, maka Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Masyhur bin Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Umar bin Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, begitu seterusnya. Beliau begitu dicintai, dihormati, disayangi, dan dikagumi. Sedikit cerita mengenai ahli Tarim yang selalu mendahulukan akhlak dan ukhuwah dalam setiap apa pun yang dilakukan oleh mereka.

Habib Abdullah tidak melewatkan undangan siapa saja, terutama majlis ilmu, tanpa alasan yang jelas. Apabila beliau hadir, suasana majlis menjadi tampak agung, karena jemaah mendekat, merapat, takut kehilangan bahkan sepatah-dua patah kalam beliau yang sangat berharga, dan mengamini doa-doanya yang dipercaya makbul. Habib Umar bin Hafidz yang dikenal sebagai jago pidato, akan menyerahkan semua waktunya kepada Habib Abdullah. Beliau di ibaratkan Sang Matahari tunggal didalam suatu majlis.

Kakek Habib Abdullah, Al-Allamah Al-Habib Alwi bin Abdullah bin Idrus bin Shahabuddin, menurut buku Rihlatul Asfar – catatan perjalanan Sayyid (alm) Abu Bakar bin Ali bin Abu Bakar Shahabuddin – sangat terkenal dengan majlis ilmu dan Rohahnya. Baik yang diadakan di rumah, zawiah kakeknya, maupun di Ribath, semacam pesantren. Beliau hafal dan pandai menceritakan kisah-kisah para pendahulu yang mulia. Dakwahnya menyebar di kalangan masyarakat umum. Nasihatnya menyentuh dan bermanfaat bagi banyak orang. Beliau dielu-elukan di setiap majelis. Orang enggan berpisah setelah habib turun dari mimbar. Beliau berjalan kaki dari Tarim ke tempat-tempat jauh. Bila ada orang yang menawarinya kendaraan, dengan enteng beliau menjawab, “Saya masih dapat berjalan!” Kakek buyut Habib Abdullah, Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Idrus bin Shahabuddin, sempat berdakwah di Nusantara. Beliau wafat dan dimakamkan dengan penuh penghormatan di Palembang, tahun 1910.


sumber : http://rifqie24.blogspot.com/
Berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, Orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (QS. Al A’laa [87] : 9-11)
Jika riwayat hidup kaum arifin dibacakan kepada orang yang beriman, maka imannya kepada Allah akan semakin kokoh. Sebab kehidupan mereka merupakan cerminan dari kitabullah yang di dalamnya terkandung ilmu orang-orang terdahulu dan yang akan datang kemudian… Habib ‘Ali Al Habsyi …