Lahir pada tanggal 7 Jumadi ts Tsaniah 1346 H.
Wafat 11 Rabi’ul Awwal 1425 H. bertepatan 30 April 2004 M.
Beliau adalah Syaikhuna,
Murabbi Ruuhina, Al Imam, Al ‘Allaamah, Al Faqih, Al Waro’, Az Zaahid, Al
Mursyid, Al ‘Arif billaah, Ad Daalu ‘alaihi, Ad Daa’i ilallah bihaalihi wa
maqoolih, Al Qudwah, Shohibul Firosah Shodiqoh, Al Mukasyif bi nuurillah, Jammut
Tawadhu’, Al Ab as Syafiq, Dzul Haibah fin Nufus, Shohib al ‘ain an Nadhirah
salah seorang Ahlul bait nabi SAW, hal tersebut dapat dilihat dari nasab beliau
yang tersambung hingga Rasulullah SAW.
Al Habib As Sayyid Hasan bin Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al
Qutub Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Ali
bin Husein bin Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Alawy Asy Syathiri bin Al Faqih
Ali bin Al Qhodi Ahmad bin Muhammad Asadullah fi ardih bin Hasan At Turobi bin
Ali bin Al Ustadz Al A’zom Al Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad
shohib Mirbath bin Ali Kholi’ qosam bin Alawy bin Muhammad maula as Som’ah bin
Alawy maula Sumul bin Ubaidillah bin Al Muhajir ilallah Ahmad bin Isa Arrumi
bin Muhammad An Naqib bin Ali Al ‘Uraidli bin Ja’far As Shodiq bin Muhammad Al
Baqir bin Al Imam As Sajjaad Ali zainal Abidin bin Al Imam Husaein bin Al Imam
Ali bin Abi Tholib Putra dari sayyidatina Fatimah Az Zahra putri Rasulullah
SAW.
” Kalaulah bukan
karena pendidik niscaya aku tak mengenal Tuhanku “
Al Habib Hasan dilahirkan
dikota Tarim Hadromaut Yaman Selatan pada tanggal 7 Jumadi ts Tsaniah 1346 H.
Beberapa saat setelah kelahirannya, ketika kakek beliau dari jalur ibunya Al
Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Haddad hendak memberinya nama beliau berkata
” Hasan memiliki sirr (rahasia keagungan) Syekh Abu Bakar As Sakran”.
Beliau tumbuh dan
dibesarkan dikota Tarim, sejak kecil telah diasuh dan dibimbing oleh ayahnya
dengan didikan islami di tempat yang lingkungannya sangat baik dan dikawasan
pergaulan yang suasananya sangat kental dengan nuansa keilmuan yang penuh
dengan keberkahan dizaman yang tampak jelas dinaungi oleh para sholihin dan
ulama besar serta terkenal yang mahir dalam bidang ilmu sehingga pada umur yang
masih cukup muda yaitu 11 th beliau telah menghapal al Quran seluruhnya, dan
beliau banyak mempelajari aneka bidang ilmu seperti: Tafsir Al Quran, Hadits An
Nabi SAW, Fiqh Syafi’i, Nahwu (Kaidah Bahasa Arab), Tasawwuf dan lain
sebagainya.
Beliau ( Al Habib Hasan )
banyak menimba ilmu dari banyak guru (masyayikh) dizamannya, baik dikota Tarim
ataupun yang lainnya dan kebanyakan dari guru-guru beliau adalah para murid
utama ayahanda beliau yaitu Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al
Qutub Abdullah Asy Syathiri yang merupakan salah seorang Syaikhul Ulama
(gurunya para guru) dinegri Hadromaut pengasuh Rubat Tarim yang dengan
keberkahan ilmunya telah mencetak lebih dari 13.000 ulama yang tersebar
keseluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.
Dan diantara guru – guru
beliau ( Al Habib Hasan ) selain ayahandanya adalah :
Al Imam Al Arif billah Al
Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab
Al Imam Al Arif billah Al
habib Al Qutub Ja’far bin Ahmad Al Idrus
Asy Syaikhul ‘Allaamah
Mahfudz bin Utsman Az Zabidi
As Syaikhul ‘Allaamah
Salim bin Sa’id Bukaiyir Baa Ghoitsan
Al Imam Al ‘Allamah Al
Muhaddits Diyar Haromain As Sayid Alawy bin ‘Abbas Al Maliki Makki Al Hasani
Al Imam Al ‘Allamah Asy
Syahid Al habib Muhammad bin Salim bin Hafiidz bin Syeikh Abu bakar bin Salim
Al Habib Al ‘Allamah Umar
bin ‘Alawy Al kaaf
Asy Syeikh Umar bin ‘Awad
Al Haddad
Dan masih banyak lagi guru
– guru beliau dan para musnid dan mujiz yang memberikan berbagai macam sanad
serta ijazah kepada beliau yang tidak kami sebutkan dalam biografi ( manaqib )
singkat ini.
Dalam asuhan dan didikan
ayahandanya yang sangat disiplin, beliau acapkali diajak menghadiri majlis –
majlis ilmu dan di setiap penghujung malam beliau diajak ayahandanya pergi ke
masjid-masjid Tarim yang berjumlah kurang lebih 360 masjid guna melaksakan
qiyam lail ( Sholat sunnah dimalam hari ), dan berziarah ke Zanbal makam
Auliya’ dan ‘Inat makam Syeikh Abu Bakar bin Salim.
Setiap kali berziarah
kemakam Syekh Abu Bakar bin Salim Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri
selalu berkata : ” Wahai Syeikh Abu Bakar, sungguh
aku telah mendidik dan membimbing putramu Hasan bin Ismail, karena itu kumohon
didik dan bimbinglah putraku Hasan”. Tatkala ajal ayahandanya Al Habib
Abdullah bin Umar Asy Syathiri telah dekat dan usia beliau ( Al Habib Hasan )
kala itu sekitar 14 tahun, ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy
Syathiri ) mengumpulkan seluruh anggota keluarganya seraya berwasiat “Wahai Mahdi…
aku serahkan padamu tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini. Wahai Hasan… dan
aku serahkan tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini setelah kakakmu Mahdi dan
jangan pernah kau tinggalkan Al Quran”.
Ayahandanya ( Al Habib
Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) wafat tatkata Al Habib Hasan sedang
mempelajari Tafsir darinya, ketika itu beliau sampai pada tafsir ayat Al Quran
Pada hari Ini Telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Demikianlah isyarat kesempurnaan
ilmu beliau yang tersirat lewat ayat tersebut, sebagaimana turunnya ayat ini
sebagai tanda telah sempurnanya da’wah Rasulullah SAW pada Haji Wada’. Kemudian
beliau ( Al Habib Hasan Asy Syathiri ) berguru secara khusus kepada Al Imam Al
Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab yang
memiliki julukan ‘Ain Tarim ( Matanya kota Tarim) sosok berkarisma dan memiliki
wibawa serta tegas dalam berkata. Sepenuh jiwa beliau serahkan dirinya kepada
Al Habib Alawy guna dididik dan dibina, beliaupun menyambutnya dengan penuh
perhatian dan pendidikan yang tiada henti, mengajarkannya cara melatih,
mengembangkan dan mengolah jiwa serta bagaimana mematikan sisi buruk jiwa
manusia, sehingga mencapai kedudukan Nafs Muthma-innah ( jiwa yang tenang )
guna menjalin keharmonisan dunia dan akhirat.
Beliau sangat menjaga adab
ketika duduk dimajlis – majlis ilmu terkhusus dihadapan guru besar beliau Al
Habib Alawy bin Abdillah bin Syahab, tidaklah beliau
pernah mengangkat kepala beliau, seakan – akan terdapat seekor burung diatas
kepalanya, bahkan tidaklah pernah terdengar hembusan nafasnya, hal tersebutlah
yang membuat Al habib Alawy bin Syahab begitu sayang terhadap beliau. Pernah
satu ketika Al Habib Alawy memuji Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) dengan
mengatakan kepada rekan-rekannya : ”Hasan bin
Abdullah Asy Syathiri adalah putra ruhku”, dan ketika didepan Al Habib
Alawy beliau kehabisan suara tatkala sedang membacakan qosidah, Al Habib Alawy
berkata: ” Dia perlu diberi gula, tetapi gulanya
harus langsung dari Al Faqih Muqoddam”. Dan dengan perintah serta
isyarat dari Al Habib Alawy lah beliau memimpin majlis- majlis ilmu yang
dihadiri oleh para Mufti dan Ulama, pada ketika itu beliau masih berusia 17
tahun usia yang sangat muda untuk memimpin majlis yang dihadiri para mufti dan
ulama. Dan sungguh merupakan anugrah yang Allah berikan kepada beliau, tatkala
beberapa saat sebelum gurunya ( Al habib Alawy bin Abdillah bin Syahab ) wafat,
Beliau ( Al Habib Hasan
AsySyathiri ) ketika itu dalam keadaan tertidur sedangkan Al Habib Alawy berada
dirumahnya. Dalam tidurnya Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) bermimpi
melihat Al Habib Alawy tengah duduk diatas pembaringannya, lalu Al Habib Alawy
berkata: “Wahai Hasan…aku akan bangkit dari tempat
ini, dan sekarang duduklah engkau ditempatku ini”.
Setelah itu Beliau ( Al
Habib Hasan AsySyathiri ) terbangun dari tidurnya dan beliau mendengar berita
duka wafatnya Al Habib Alawy bin Syahab, dan dari mimpinya tersebut beliau menyadari
betul bahwa beliaulah khalifah (pengganti) pelanjut Al Habib Alawy dalam
menjaga amanah peradaban kota Tarim.
Hal tersebut beliau
buktikan dengan tegasnya beliau dalam menentang masuknya paham – paham atau
tradisi – tradisi baru yang merubah apa yang telah ditetapkan dan di lestarikan
oleh para leluhurnya, dengan penuh wibawa dan ketawadluan beliau mengatakan : “Ini bukan kota ku, ini kota sayyid Faqih Muqoddam, kota
para leluhurku, kita tidak berhak merubahnya, jika aku merusaknya dengan
merubah tradisi mereka, maka sungguh aku malu berjumpa mereka ketika aku
kembali nanti”.
Akhlak, suluk, ilmu dan
amal beliau merupakan cermin Ulama salaf ( terdahulu yang berpegang kuat ajaran
Rasulullah SAW ) yang terdapat dalam dirinya, membuahkan suri tauladan baik
untuk para manusia yang ingin mengikuti jejak Rasulullah SAW. Itu semua
terlukis dengan prilakunya dalam melaksanakan yang fardlu dan sunnah, beliau
sangat tawadlu’ ( rendah hati ), welas asih terhadap semua makhluk, tidak
senang dengan ketenaran ( popularitas ). Dalam mendidik dan mengajarpun beliau
sangat berpegang teguh pada metode para salaf, memulai dengan yang dasar
kemudian sedang lalu yang mendalam.
Pendidikan dan ajarannya
bukan hanya lewat kata-kata yang beliau ucapkan, melainkan dengan perbuatannya
yang sangat terpuji. Diantara akhlak beliau yang sangat welas asih adalah
ketika di Rubath ada seorang pencuri yang tertangkap, lalu dipukuli hingga
babak belur, saat beliau mendengar hal tersebut beliau pun datang ke Rubat yang
saat itu para pelajar sedang menghadiri perkumpulan mingguan guna mendengar
nasihat dan peraturan –peraturan yang berlaku di Rubat serta evaluasi –
evaluasi pendidikan ilmiyah dan amaliyah yang telah berjalan.
Setelah bertanya siapa
yang telah memukuli orang tersebut hingga babak belur dan beberapa orang
mengaku mengajukan diri mereka beliaupun dengan wajah memerah, suara agak
tinggi berkata : ” Siapa kalian? Sehingga berhak
memukuli orang ini hingga babak belur” diantara mereka ada yang menyahut ”
Dia telah mencuri ya Habiib” Beliaupun berkata “Lantas
apa dia patut untuk dipukul? Apa dia budak sahayamu? Bukan begitu memperlakukan
yang salah wahai anak-anakku”. Beliau sangat menginginkan kebahagiaan
dan kebaikan pada setiap orang terkhusus anak-anak didiknya dan sangat tidak
menginginkan keburukan terjadi atau ada pada diri mereka, sehingga tak pernah
bosan beliau memberikan peringatan dan semangat lewat nasehat-nasehatnya yang
sangat menyentuh qalbu.
Diantaranya beliau
mengatakan ”Wahai anakku, makanlah dari
hasil usahamu dan jangan kau makan dengan menjual agamamu”, dan
ketika salah seorang pelajar yang hendak pulang ke Indonesia meminta wasiat
darinya, beliaupun berkata “Perbanyaklah
engkau bersujud dan mintalah ikhlas kepada Allah SWT, dan pendamlah dirimu
ditempat yang orang tak mengenalmu”. Beliaupun
selalu mengatakan ” Janganlah kalian
menjadi orang yang banyak disanjung namun engkau memiliki cela yang
terselubung”
“Jadikanlah adabmu seperti tepung dan ilmumu
laksana garam” “Cinta tak butuh dekatnya jarak namun dekat membutuhkan cinta”
“Yaa Ikhwaanii..Wahai saudara-saudaraku.. cukuplah bagi kalian mengamalkan apa
yang terdapat didalam kitab Bidayatul Hidayah Milik Al Imam Al Ghozali”
“Janganlah kalian sedih dengan mimpi-mimpi buruk yang padahal kalian telah
banyak berbuat keta’atan, karena hal tersebut merupakan pendidikan untuk
jiwamu, mimpi-mimpi indah tak berarti apa-apa bila seseorang tersebut terlena
oleh mimpi dan terus tenggelam dalam ma’siat” “Penuhilah hak-hak orang, dan
janganlah kau menuntut hakmu dari mereka, bantulah orang yang meminta bantuan
padamu semampumu” ” Kesolehan seseorang tidaklah dilihat dari imamah ( ikat
kepala ) yang besaratau sorban yang lebar dan bukan pula kepandaian berbicara
diatas mimbar”.
Begitu banyak mutiara
nasehatnya yang diberikan secara tulus kepada para santri dan orang yang
meminta wasiat ataupun nasehat kepada beliau.
Dikisahkan bahwa ketika
tubuh beliau terasa sakit, murid tersayangnya pun pergi dan membawa seseorang
guna memijat tubuh beliau, ketika pemuda tersebut memegang kaki beliau,
beliaupun bertanya ” Siapa namamu? Dari
mana asalmu? Dan sudah berapa lama engkau bekerja sebagai tukang pijat di
Tarim?” Pemuda itupun menjawab bahwa ia berasal dari Indonesia
dan saat ini menetap di Tarim sebagai seorang pelajar. Beliaupun terkejut lalu
menegur murid beliau dengan keras seraya berkata “Menyuruh seorang penuntut ilmu yang datang dari jauh
untuk memijat adalah sesuatu yang terlarang, itu merupakan pemerkosaan hak yang
dosanya amat besar.. Jangan pernah engkau mengulanginya lagi”.
Tatkala beliau mendapat
banyak sanjungan dan pujian beliaupun dengan penuh ketawadlu’an ( rendah hati )
berkata “Saya senang tapi saya tidak pernah
terlena dengan pujian itu”, beliaupun menegaskan dalam bait-bait
qasidah yang beliau buat sendiri dengan ungkapan sebagai berikut
“Kalian
telah memuliakanku dengan sesuatu yang tidak pernah kuperkirakan, sedang
pemilik kemurahan (Allah SWT) selalu memberi melebihi apa yang diperkirakan”
“Ini
adalah anugerah yang kuperoleh tanpa bersusah payah untuk mencarinya, itu
semata-mata murni karuniaYang Maha Kuasa”. “Umurku semua habis dalam kesia-siaan yang tidak
berguna, begitulah keadaanku seterusnya wahai keluargaku” “Inilah
kebanggaanku, bukan dengan keagungan dan kekayaan. Adapun kekayaan dunia cukup
hanya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari”.
Adapun
keistimewaan-keistimewaan yang Allah berikan kepada beliau berupa karomah
amatlah banyak, diantaranya adalah firasat beliau yang sangat tajam, dimana
ketika beliau usai mengadakan pengajian sore dimasjid Babtinah yang terletak
berdampingan dengan Rubath, seorang santri yang bersalaman dan mencium tangan
beliau, beliaupun memegang tangan pemuda tersebut seraya bertanya “Engkau dari mana?” pemuda tersebut menjawab “dari tempat
renang ya Habiib” Habib pun bertanya “Engkau merokok?” pemuda itupun menjawab
dengan berbohong “tidak ya habiib, saya tidak merokok” dengan tersenyum beliau
berkata “Jangan engkau takut kepadaku wahai saudaraku,takutlah engkau pada
Allah” sambil malu malu pemuda itu hanya bisa berkata ” Iya Habib Iya”.
Inilah sekelumit keluhuran
budi akhlak, pendidikan dan ajaran serta perjalanan hidup beliau.
Dan beliaupun wafat pada
hari Jum’at tepat ketika adzan Jum’at berkumandang tanggal 11 Rabi’ul Awwal
1425H, bertepatan dengan dengan tanggal 30 April 2004M di kota Abu Dhobi Uni
Emirat Arab, dan dikebumikan di Zanbal Tarim bersama para leluhurnya.
Demikianlah manaqib
singkat ini Al Faqir buat dan bacakan pada saat ini, semoga Allah merahmati
kita semua Bijahi hadza nnabi wa bibarkati hadzal wali.
Sumber : http://alkisah.web.id